Halo, Takaiters!
Jam Gadang merupakan Landmark kota Bukittinggi dari provinsi Sumatra Barat Indonesia, simbol khas Sumatra Barat ini memiliki cerita yang menarik untuk diketahui. Karena, Jam Gadang ini yang paling terkenal dari tempat yang ada di Sumatera Barat ini.
Nah, berikut adalah beberapa fakta menarik mengenai jam gadang yang wajib diketahui untuk menambah wawasan dan pengetahuan seputar bangunan tua di Indonesia, yaitu:
1. Jam Gadang dibangun pada tahun 1926

Jam Gadang dibangun pada tahun 1926 oleh arsitek Yazin dan Sutan Gigi Ameh. Peletakan batu pertama jam ini dilakukan putra pertama Rook Maker yang saat itu masih berumur 6 tahun. Jam ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Controleur (Sekretaris Kota)
2. Mesin Jam Gadang diyakini hanya ada dua di dunia

Kembarannya tentu saja yang saat ini terpasang di Big Ben, Inggris. Mesin yang bekerja secara manual tersebut oleh pembuatnya, Forman (seorang bangsawan terkenal) diberi nama Brixlion.
3. Jam Gadang dibangun tanpa menggunakan besi penyangga dan adukan semen

Campurannya hanya kapur, putih telur, dan pasir putih.
Pilihan Editor
- Ini Dia Mangga Alpukat, Primadona Baru Buah Lokal Asli Pasuruan
- 5 Tempat Terindah di Nusa Penida, Layaknya Surga Dunia yang Tersembunyi
- Sejarah Tari Saman yang Menjadi Bukti Penyebaran Islam di Aceh
4. Pembangunan Jam Gadang menghabiskan biaya sekitar 3.000 Gulden

Biaya yang tergolong fantastis untuk ukuran waktu itu. Sehingga sejak dibangun dan sejak diresmikannya, menara jam ini telah menjadi pusat perhatian setiap orang. Hal itu pula yang mengakibatkan Jam Gadang kemudian dijadikan sebagai penanda atau markah tanah dan juga titik nol Kota Bukittinggi.
5. Jam Gadang memiliki denah dasar seluas 13 x 4 meter

Bagian dalam menara jam setinggi 26 meter ini terdiri dari beberapa tingkat, dengan tingkat teratas merupakan tempat penyimpanan bandul. Bandul tersebut sempat patah hingga harus diganti akibat gempa pada tahun 2007.
6. Sejak didirikan, menara jam ini telah mengalami tiga kali perubahan pada bentuk atapnya

Awal didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, atap pada Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya.
Kemudian pada masa pendudukan Jepang diubah menjadi bentuk pagoda. Terakhir setelah Indonesia merdeka, atap pada Jam Gadang diubah menjadi bentuk gonjong atau atap pada rumah adat Minangkabau, Rumah Gadang.
Renovasi terakhir yang dilakukan pada Jam Gadang adalah pada tahun 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan dukungan pemerintah kota Bukittinggi dan Kedutaan Besar Belanda di Jakarta.
Renovasi tersebut diresmikan tepat pada ulang tahun kota Bukittinggi yang ke-262 pada tanggal 22 Desember 2010.